Teknostyle – Belakangan ini, banyak pakar keamanan siber Indonesia yang menyarankan Presiden Jokowi untuk tidak menggunakan aplikasi WhatsApp, karena kekhawatirannya akan kemungkinan peretasan oleh spyware Pegasus. Bahkan, dunia internasional sedang dihebohkan oleh banyaknya temuan tentang peretasan terhadap smartphone beberapa petinggi negara serta jurnalis dan kelompok aktivis.
Spyware Pegasus adalah sebuah spyware tingkat militer yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi swasta asal Israel, NSO Group. Dilansir dari The Guardian, Pegasus dapat membobol iPhone dan Android untuk memungkinkan operator memiliki akses ke pesan, foto, email, rekaman suara, serta dapat mengaktifkan mikrofon tanpa disadari oleh penggunanya.
Pada tahun 2016, ditemukan bahwa Pegasus menjangkit smartphone melalui teknik spear-phishing, baik melalui pesan teks ataupun email. Namun kini, Pegasus dapat meretas smartphone melalui serangan zero-click. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2010 ini mengklaim bahwa teknologi yang diciptakannya berfungsi untuk membantu kinerja negara dalam mencegah aksi terorisme, menghentikan operasi kriminal, dan untuk menemukan orang hilang.
Namun ternyata, ditemukan juga peretasan ilegal terhadap kelompok masyarakat yang memiliki peran strategis di banyak negara, seperti kepala negara, pejabat negara, aktivis serta kelompok jurnalis. Menanggapi hal tersebut, maka diadakanlah investigasi global pada 50.000 data yang bocor. Investigasi ini dilakukan oleh lebih dari 80 jurnalis dari 17 organisasi media dan dikoordinir oleh Forbidden Stories. Tak hanya itu, kegiatan ini juga didukung oleh Amnesty International dan diberi nama The Pegasus Project.
Laporan The Pegasus Project memaparkan, Amnesty’s Security Lab melakukan pengecekan terhadap 67 smartphone yang mana nomornya termasuk dalam 50.000 data yang bocor tadi. Kemudian ditemukan bahwa 23 diantaranya memang diretas oleh Pegasus, 14 smartphone menunjukkan tanda-tanda adanya percobaan penetrasi, dan hasil dari 30 smartphone lainnya tidak meyakinkan.
Dilansir dari BBC, pada tahun 2019 WhatsApp menuduh NSO Group sebagai dalang dari serangan siber pada 1.400 telepon genggam. Disebutkan pada tuduhannya tadi bahwa NSO Group membuat berbagai akun WhatsApp dan menyebabkan penyebaran kode berbahaya di server WhatsApp.
Menanggapi berbagai tudingan banyak pihak terhadap spyware Pegasus ini, NSO Group dalam situs resminya membantah semua tuduhan tadi. Perusahaan tersebut menyatakan temuan oleh The Pegasus Project merupakan tuduhan yang salah dan menyesatkan. NSO Group juga menyangkal bahwa 50.000 data yang bocor ada keterkaitan dengan perusahaannya. (IND)