Teknostyle – Indonesia akan memiliki satelit telekomunikasi canggih. Satelit tersebut telah dipesan dari Thales Alenia Space, untuk bisa dikirimkan ke luar angkasa pada tahun 2024. Satelit rencananya mengisi celah orbit yang ditinggalkan, akibat kegagalan peluncuran satelit Nusantara-2.
Satelit bernama HTS 113BT itu, dioperasikan di orbit geostasioner oleh Telkomsat, anak perusahaan operator telekomunikasi milik negara, Telkom, yang melakukan tender terbuka untuk kontrak tersebut.
Berdasarkan platform Spacebus 4000B2 milik Thales Alenia Space, HTS 113BT akan memiliki berat sekitar 4.000 kilogram saat diluncurkan. Dirancang untuk menyediakan kapasitas lebih dari 32 gigabit per detik (Gbps) di seluruh Indonesia, dengan blok C-band dan Ku-band.
Satelit bertujuan untuk meningkatkan konektivitas bagi ribuan pulau di seluruh kepulauan Indonesia, dari slot orbit 113 Timur di atas Nusantara. “Satelit [HTS 113BT] akan membantu memperkuat kapasitas, kualitas, dan kapabilitas konektivitas digital di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau dan kekurangan jaringan terestrial,” kata Direktur Utama Telkomsat Endi Fitri Herlianto dalam keterangannya, seperti dilansir Space News.
“Semoga langkah ini dapat mendukung terwujudnya kedaulatan digital Indonesia,” ucapnya lagi. Telkom-3S adalah satelit terakhir Thales Alenia Space yang dibangun untuk Telkomsat. Satelit ini, juga berbasis platform Spacebus 4000B2 dan diluncurkan pada 2017.
Perlu untuk Kecepatan
Terlepas dari semakin populernya satelit listrik, yang ditentukan perangkat lunak di antara operator GEO, Pemerintah Indonesia memilih kecepatan-ke-orbit dengan memilih Spacebus 4000B2.
“Platform ini memiliki keuntungan karena didorong secara kimia, memungkinkan satelit untuk dimasukkan ke orbit dalam beberapa hari, dibandingkan dengan beberapa bulan untuk satelit bertenaga listrik yang lebih baru,” ungkap pejabat Thales Alenia Space melalui email.
“Itu adalah persyaratan pelanggan yang memiliki kendala pada tanggal commissioning, menyusul kegagalan peluncuran satelit yang diganti HBT 113 BT,” jelasnya. Satelit yang gagal bernama Nusantara-2, sebelumnya Palapa-N1. Satelit hancur berkeping-keping, ketika roket China Long March 3B gagal mengorbit pada 9 April 2020. (Danish)