Teknostyle – Jambi mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Tak heran, bila kini banyak deretan jaringan hotel nasional dan internasional di Jambi, salah satunya adalah Aston Jambi Hotel & Conference Center.
Kali ini, tim Teknostyle berkesempatan menginap selama beberapa hari di sini. Aston merupakan bagian dari jaringan hotel Archipelago. Buat para business traveler, pasti tidak asing dengan Aston. Pasalnya, Aston mempunyai properti di hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Aston Jambi terletak cukup strategis, dan hanya berjarak sekitar 30 menit dari Bandara Sultan Thaha (DJB), Jambi. Nampak depan, Aston sepertinya memang memiliki ciri khas yang sama di setiap kota.
Lobi terbilang layak untuk hotel berbintang empat, serta mampu mengakomodir rush hour check-in pada saat kami datang. Nampak di depan pintu lobi, tamu harus terlebih dahulu scan PeduliLindungi.
Proses check-in berjalan cepat, tanpa ada kendala berarti. Hampir semua permintaan kami, mampu diakomodir oleh Aston Jambi. Di lobi juga terdapat restoran, kolam renang, dan semacam kedai kopi. Kemudian, Aston Jambi juga memiliki Sky Lounge di lantai paling atas, dengan pemandangan kota Jambi.
Segala sesuatunya berjalan dengan baik, dan berstandar Aston. Tapi, mulai datang sedikit perbedaan saat kami masuk kamar. Tim Teknostyle sebelumnya pernah menginap di sini, sehingga cukup mengetahui perbedaan kunjungan terakhir dan sekarang.
Kami menginap di Superior Room, dimana seharusnya kami mendapat kursi sofa kecil dan meja kopi. Namun, sayangnya tidak tersedia di kamar kami. Setelah kami konfirmasi, ternyata fasilitas itu hanya tersedia di kamar dengan nomor belakang genap. Meski demikian, petugas menawarkan untuk memberikan fasilitas tersebut di kamar kami.
Hal berikutnya adalah masalah kebersihan. Nampak di beberapa bagian, Aston kurang memperhatikan secara detail. Kunjungan sebelumnya, kami menemukan beberapa bagian yang tidak layak untuk sekelas Aston, dan sekarang semakin parah.
Kamar mandi dilengkapi dengan sabun dan sampo khas Aston (which is quite good), dengan shower yang terlihat ‘ringkih’. Toilet duduknya tidak mengeluarkan tekanan air yang layak, untuk menyiram kotoran. Di wastafel, tersedia sabun batang, dental kit, sewing kit, sanitary bag, cotton buds, hair dryer, dan shower cap.
Pada lemari bawah tersedia dua buah slipper, laundry box, dan deposit box. Kemudian tersedia TV, meskipun tidak HD. Kursi kerja dan cermin berhadapan, disertai complimentary air mineral, kopi bubuk Nescafe, teh Lipton, gula putih, krimer, pemanis buatan, dan gula merah.
Nah, masuk ke temuan yang cukup menjengkelkan. Kami tidak ada masalah dengan kasur dan bantal, tetapi penggunaan ubinnya kami rasa kurang layak. Begitupun jendelanya yang tidak bersih. Suara dari luar gedung pun tembus masuk ke kamar kami.
Terakhir, kami bisa mendengar tamu di kamar sebelah, seperti suara teriakan anak kecil, suara pintu tertutup, dan obrolan mereka mengenai suatu hal. Salah satu tim Teknostyle merupakan anggota Archipelago, dan sudah menginap di banyak Aston Hotel di seluruh Indonesia. Hal di atas merupakan salah satu pengalaman paling menganggu yang pernah dirasakan.
Untuk makanan, kami coba memesan soto ayam. Rasanya cukup enak dan harganya cenderung terjangkau. Satu nilai plus. Untuk menginap di kamar tipe kami ini, dibutuhkan biaya antara Rp 700.000 – Rp 1.200.000 per malam, tergantung ketersediaan kamar dan musimnya. Harga tersebut sudah termasuk sarapan untuk dua orang.
Melihat kemajuan Jambi, Aston Jambi Hotel & Conference Center harus berbenah. Pasalnya, ada saingan berat mereka, yaitu Swiss-Belhotel Jambi, dengan review hotel Google terbaik di Jambi (4,7). Juga ada BW Luxury (bintang 5) dan Luminor (bintang 3). (WeBe)