Teknostyle – Sacred Bridge Foundation, organisasi budaya swasta pertama Indonesia yang diakui sebagai mitra budaya oleh UNESCO di Asia Tenggara, dengan bangga menyelenggarakan program Intra-Chromatic di Museum Nasional, pada tanggal 10 – 11 Februari 2023.
Sadar penuh akan pentingnya saling memahami, bertoleransi dan menghormati adalah permulaan yang baik dalam menyemai keragaman, namun sayangnya ini saja tidak cukup. Seharusnya ketiga elemen mendasar tersebut hidup di dalam pemikiran dan tindakan kita sehari-hari. Nilai-nilai dasar manusia tersebut juga kembali ditegaskan oleh Stephen Hill dan Stomu Yamash’ta (pendiri Sacred Bridge Foundation) melalui bukunya “The Kyoto Manifesto for Global Economics”, mengingat berbagai tantangan yang kita alami saat ini dan akan datang, saling berbagi, dan peduli antara sesama yang merupakan kebutuhan yang harusnya dijalankan dalam keseharian kita, pungkasnya.
Selain itu hadirnya program Intra-Chromatic ini juga berasal dari inisiasi perupa Indonesia-Swedia yaitu Tatum Maya, sehingga alasan ini menjadikan Sacred Bridge Foundation mengadakan klinik silang-budaya dengan memanfaatkan musik, tari/gerak dan seni visual sebagai kendaraan untuk meningkatkan praktek pemahaman, toleransi, dan rasa hormat di dalam masyarakat. Sacred Bridge Foundation, berupaya menjaga akar musik dan tradisi budaya dari dalam dan luar Indonesia.
“Seni bukan sekedar bidang untuk mempelajari atau memperdalam keartistikan, tetapi juga medium yang tepat untuk mengasah kepekaan nurani, kemampuan berpikir, mengkritik diri, dan tentu menerobos batasan/halangan. Intra-Chromatic adalah sebuah upaya berkelanjutan Sacred Bridge Foundation dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya saling memahami, bertoleransi dan menghormati,” kata Boo-Boo Sianturi, Ketua Sacred Bridge Foundation.
Sacred Bridge Foundation juga bekerjasama dengan mitra internasional dari Swedia, yakni Konstmuseet (Skövde Art Museum). Kegiatan ini berupaya membangun hubungan yang saling memperkaya antara Indonesia khususnya Nusa Tenggara Barat dan Swedia.
Program berbasis intra-seni ini dipraktekan melalui klinik (lokakarya), pameran, dan juga pertunjukan kolaboratif (1-10 Februari 2023). Interaksi antara seniman, akademisi, dan profesional industri akan semakin meningkat melalui berbagi pengalaman dan pemahaman dan akan fokus pada pengembangan roots arts untuk Indonesia dan Swedia. Peluncuran program IC memfasilitasi pameran hidup yang akan diwakili oleh perupa kelahiran Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Tatum Maya, dan Jonas Liverod dan Tobias Bradford sebagai duo, asal Swedia.
Menampilkan proyek IC di museum merupakan upaya mensosialisasikan bukan hanya pentingnya integrasi (baik itu antara sejarah-kekinian-masa depan, lokal-global maupun antara tradisi-modernitas) dalam kehidupan kita dengan proporsi yang tepat, tetapi juga peran museum dalam hal ini.
Keterlibatan para maestro seni Indonesia dan juga Swedia sebagai fasilitator klinik seperti Marzuki Hasan, I Nyoman Astita, Hasanudin, Maya Tamara, Jonas Liverod dan Tobias Bradford adalah suatu bentuk integrasi. Para seniman residensi/kontributor yang terpilih melalui kurasi pun juga berdatangan dari berbagai disiplin seni-budaya dan daerah di Indonesia, seperti Jabodetabek, Mataram, Bandung, Jatiwangi, Aceh dan Bali. Diantaranya adalah Monica Hapsari, Ario Kiswinar Teguh, Tesla Manaf, Seto Noviantoro, Marich Prakoso, Tedi En, Rama Putrananta, Irninta Dwitika, Muhammad Rizki Ananda dan Jason Noghani.
Untuk informasi lebih lanjut tentang proyek Intra-Chromatic, silakan kunjungi laman situs Sacred Bridge Foundation di www.sacredbridgefoundation.com, instagram kami di @s_r_r_u dan @l_t_t_w,