Teknostyel – Terlahir menjadi seorang disabilitas bukan berarti semuanya jadi serba terbatas. Para penyandang disabilitas dapat terus mengoptimalkan kemampuan untuk menggapai cita-cita dan harapannya di masa depan. Mereka dapat mengembangkan serta mengasah potensi, minat dan bakatnya. Salah satunya, para difable ini dapat menjadi seorang konten kreator sosial media yang saat ini menjadi profesi yang banyak diminati berbagai kalangan.
Terkait hal tersebut, RA Loretta Kartikasari, SE., M.I.Kom., MM., PhD (c), founder marcommads.id menjelaskan bahwa pihaknya menggagas pelatihan konten kreator untuk penyandang disabilitas. “Kami membantu dan mendukung para konten kreator untuk para difable. Sampai akhir tahun 2023 ini, kami menyelenggarakan program pelatihan membuat video untuk para difable ini agar menjadi konten kreator. Jadi, kami berupaya menyelesaikan kendala yang disable ini harus menjadi able dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya,” papar founder Marcommads Edulearn Centre yang akrab disapa Dya Loretta ini.
Dya Loretta juga menambahkan, program pelatihan menjadi konten kreator tersebut diikuti oleh anak-anak dengan down syndrome. “Anak-anak disabilitas ini dilatih bersama ibunya. Nanti para ibu ini yang akan menjadi kameramen sekaligus sutradara. Anak-anak difable ini kondisinya berbeda-beda. Ada yang secara lisan atau berkomunikasi ada kendala, namun penglihatannya baik. Atau, sebaliknya. Jadi, pelan-pelan, mereka bisa menjadi konten kreator dengan cara mereka masing-masing,” papar Dya Loretta saat menjadi pembicara pada seminar dengan tema “Become An Exceptional Entrepreneur” pada acara pameran Jakarta International Premium Products Fair (JIPremium 2023) di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (14/09).
Selain itu, Dya Loretta juga mendorong para kliennya untuk turut andil dalam penyelenggaraan program pelatihan konten kreator disabilitas melalui produk-produk dari para mitra ini. Di antaranya, produk perlengkapan rumah tangga berupa sabun cuci yang untuk meng-endorse atau mendukung program ini. “Saya minta produknya dikirim ke semua konten kreator disabilitas ini. Mereka bisa berlatih membuat konten dan sekaligus mempromoskan produk itu. Salah satu konten kreator yang sudah bagus kemampuannya adalah dari kalangan anak tuna rungu, mereka juga mengajarkan bahasa isyarat,” paparnya.
Dya Loretta juga mengajak pihak-pihak lain untuk bermitra dan terlibat secara aktif mendukung program tersebut. Sehingga, diharapkan penyandang disabilitas ini tidak hanya menjadi konten kreator, tapi juga bisa menjadi KOL (Key Opion Leader).
Saat ini, Dya Loretta juga sedang bermitra mengembangkan suatu produk untuk dipasarkan ke mal-mal dengan membangun berbagai outlet khusus. “Produk-produk tersebut dibikin oleh dua tim, ada dari kalangan disabilitas dan non disabilitas. Kemudian, dibagian pengemasan, kami melatih anak-anak dengan down syndrome untuk mengerjakannya. Kemudian untuk di outlet di mal juga sudah mulai ada pramusaji dari kalangan difable, di antaranya yang tuna rungu atau tuna daksa sehingga mereka pun mampu mandiri,” jelasnya.
Dya Loretta juga menjelaskan bahwa program pelatihan konten kreator untuk anak-anak difable ini didukung penuh oleh Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan Forum Keluarga Spesial Indonesia (FORKESI). Seperti kita ketahui, DNIKS juga memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pemberdayaan kalangan disabilitas. Diharapkan, program pelatihan ini bersifat jangka panjang sehingga dapat membentuk kemandirian bagi anak-anak disabilitas. “Anak-anak ini memiliki kreativitas yang tidak terbatas dan tentunya sangat bermanfaat bila terus dikembangkan,” jelasnya.
Pada kesempatan terpisah, Wakil Ketua Umum FORKESI, Nia Nurningsih, merasa senang dengan diadakannya pelatihan konten kreator untuk anak-anak disabilitas ini. “Hebat banget yang punya ide pelatihan ini. Saya merasa ini menjadi kebutuhan anak-anak disabilitas dan kami sangat terdukung dengan diadakannya pelatihan konten kreator ini,” jelasnya.
Menurut Nia, sebagian besar anak disabilitas, terutama yang mengalami autism ternyata melek sosial media. “Jadi kegiatan pelatihan konten kreator ini sangat bagus untuk mengarahkan mereka. Semoga kegiatan ini terus berkesinambungan,” ucapnya.
Pendiri FORKESI ini juga berharap, suara anak-anak berkebutuhan khusus lebih terdengar, prestasi mereka lebih terlihat dan mereka memiliki wadah dan mendapatkan dukungan sehingga lebih terarah. “Jadi mereka bisa saling dukung satu sama lain, jadi lebih kuat lagi. Dengan adanya pelatihan ini juga membuat peluang bagi para anak berkebutuhan khusus melakukan kegiatan membuat video, atau menunjukkan penampilannya di hadapan orang-orang, serta posting status di sosial media seperti anak-anak pada umumnya,” ulas Nia.
Menurutnya, selama ini anak berkebutuhan khusus seperti dikesampingkan. “Dengan adanya grup konten kreator ini saya berharap kelak menjadi sebuah komunitas konten kreator. Bukan lagi sekadar teman-teman sekumpulan. Bahkan, kelak bisa menjadi suatu peluang pekerjaan buat mereka. Jadi life skill mereka terarah dan ada tempatnya,” harap Nia.
Sementara itu, salah satu anggota FORKESI, Ibu Darya mengungkapkan rasa senangnya karena pelatihan konten kreator untuk anak disabilitas ini menjadi sebuah pembelajaran baru. “Saya punya rencana setiap tahun anak saya yang mengalami sindrom autis bertambah kemampuannya. Saat ini, anak saya bisa melukis dan menari. Walaupun skill berbicara belum banyak, tapi dengan pelatihan konten kreator ini semoga bisa membantu mengasah kemampuan bicaranya. Sejauh ini dia sebagai penikmat sosial media sekadar menggunakan gadget. Harapannya, dia bisa menambah skill sebagai konten kreator karena mau tak mau dia harus speak up atau belajar bicara,” harapnya.