Teknostyle.id – Sosok social entreprenur sekaligus Caleg PDIP Dapil I DKI Jakarta Sony Kusumo memberikan bantuan 100 komputer kepada sejumlah gereja yang tergabung dalam PGLII Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injil Indonesia (PGLII), Jakarta, Sabtu (11/11). Bantuan tersebut diberikan di sela-sela seminar wawasan kebangsaan yang digelar oleh PGLII dan Yayasan Harmony Monistries.
“Saya berharap, bantuin ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menunjang aktivitas gereja,” ujar Sony.
Selain itu, bantuan komputer diharapkan bisa dimanfaatkan pemuda gereja untuk digunakan kegiatan kreatif seperti membuat design visual. Sony menakankan, kreatifitas dan produktifitas anak muda sangat diperlukan untuk bangsa indonesia menjadi negara maju.
“Anak-anak muda harus produktif dan kreatif, saya percaya tidak ada orang yang dilahirkan pintar dan bodoh, tapi mereka harus terus diasah dan terus berusaha tanpa patah arang untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan,” ujarnya.
Sony mengingatkan anak-anak muda juga memiliki peran penting dalam mencapai kemandirian ekonomi negara. Karena Indonesia memiliki bonus demografi, dimana penduduk Indonesia didominasi oleh anak-anak muda yang produktif.
“Kemandirian ekonomi sangat diperlukan untuk bangsa Indonesia untuk menuju negara maju atau Indonesia Emas 2045. Anak-anak muda harus terus produktif,” tegasnya.
Sony juga menekankan, Kemandirian ekonomi harus bersumber dari dalam negeri dan tidak bergantung dari negara asing. Menurutnya jangan sampai Indonesia terus mengimpor dan terus bergantung terhadap negara asing.
“Jangan sampai kita terus impor, impor, dan impor. Itu akan membuat negara buntung. Kita jangan dikuasai asing. Negara kita harus terus produktif karena potensi anak-anak muda kita besar sekali, dan kekayaan sumber daya alam kita melimpah,” ujar Sony.
Sony mengatakan mental masyarakat Indonesia harus berubah agar Indonesia bisa menjadi negara maju. Masyarakat tidak terus terlalu berharap subsidi pemerintah. Masyarakat sebisa mungkin jangan hanya pasrah dan berharap ingin mendapatkan sesuatu secara gratis.
“kita jangan sampai kita cuma minta, tapi harus aktif dan produktif. Kalau cuma bisa bergantung dengan subsidi, kita tak akan maju, itu malah menina bobokan kita,” ujarnya.
Sony mencontohkan Venezuela, negara kaya penghasil minyak yang bangkrut karena rakyatnya selalu diberi subsidi dan insentif.
“Ada satu negara Venezuela, negara kaya raya penghasil minya tersbesar di dunia. Rakyatnya dinina bobokan dengan subsidi dan insentif, Akhirnya negaranya bangkrut karena tak produktif,” ujarnya.
“Subsidi boleh asalkan tepat sasaran , tapi kita sebagai bangsa harus meningkatkan daya saing dan produktivitas,” imbuhnya.
Di sisi lain, Sony mengatakan kemandirian ekonomi dimulai dari hal kecil, yaitu ekonomi keluarga. Dengan kemandirian ekonomi keluarga akan mampu mencapai peningkatan pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk mencapai hal itu diperlukan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kemampuan manajemen dalam usaha ekonomi produktif keluarga. Selain itu perlu etos kerja yang tinggi bagi setiap anggota keluarga yang dibarengi kreatifitas.
“Tagline saya dari kecil selalu tekankan hidup harus mandiri diri sendiri , mandiri keluarga, dan negara,” pungkasnya.
Indonesia Perlu Pemimpin Visioner, bukan Sekedar Janji.
Jelang pemilu 2024, Sony menekankan agar rakyat Indonesia tak salah memilih pemimpin. Menurutnya pemimpin harus visoner tak hanya mengobral janji.
“Kalau kita pilih pemimpin, jangan pilih memberikan angin surga. Pemimpin harus mau memajukan rakyat dan negara,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Sony, pemimpin Indonesia kedepannya harus merewat keberagaman dan toleransi di Indonesia. Harus tegas melawan intolerasi di Indonesia.
“Pemimpin harus bisa berjuang untuk menjada tolerasi di Indonesia. Tegas menyarakan menolak radikalisme. kita juga harus melihat track recordnya,” kata Sony.
Dalam seminar yang dihadiri oleh 300 rohaniwana Kristen tersebut, Sony berpesan terus menyuarakan ke masyaarakat untuk memilih pemimpin yang mampu membuat Indonesia maju.
“Kita jangan mau dininabobokkan oleh pemimpin, sehingga menta lkita rusak. Kita harus punya mental berjuang dan produktif,” tutupnya.