Jakarta, Teknostyle.id – Berdasarkan sebuah studi terbaru, pemuda yang ingin berhenti merokok elektrik, dengan intervensi bantuan melalui hotline, pesan teks, dan terapi pengganti nikotin sangat signifikan membantu.
Penelitian ini diterbitkan pada 11 Desember 2024 di American Journal of Preventive Medicine. Penelitian ini fokus untuk membantu orang berusia 18 hingga 25 tahun berhenti merokok elektrik, dan hasilnya sangat positif.
Peneliti dari Ohio State University (OSU) membagi 508 orang dewasa muda yang ingin berhenti merokok elektrik ke dalam empat kelompok. Mereka menerima berbagai bantuan, seperti bimbingan lewat telepon, terapi pengganti nikotin (NRT), serta dukungan melalui pesan teks dan konten informasi online.
Setelah tiga bulan, lebih dari 40% peserta di setiap kelompok berhasil berhenti merokok elektrik setidaknya selama seminggu. Kelompok yang menerima dua intervensi—panggilan telepon dan NRT—atau ketiga intervensi, memiliki tingkat keberhasilan tertinggi, yaitu 48%.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa kami sangat efektif membantu orang berhenti merokok elektrik,” kata Liz Klein, salah satu penulis studi ini, mengutip LiveScience, Sabtu (14/12/2024).
“Namun, kami masih perlu memahami lebih dalam intervensi mana yang paling efektif,” sambung dia.
Cara terbaik untuk membantu remaja dan dewasa muda berhenti merokok elektrik masih belum jelas.
“Banyak orang berpikir berhenti merokok elektrik sama dengan berhenti merokok rokok biasa, padahal keduanya mungkin berbeda,” kata Klein.
Pada 2018, Kepala Departemen Kesehatan AS menyatakan bahwa penggunaan rokok elektrik oleh remaja dan dewasa muda sudah menjadi masalah besar. Selain dampak kesehatan yang belum sepenuhnya dipahami, kecanduan nikotin juga bisa mempengaruhi perkembangan otak remaja, mengganggu konsentrasi, dan meningkatkan risiko penyalahgunaan zat lainnya.
Untuk penelitian ini, peserta yang merokok elektrik tetapi tidak merokok rokok biasa direkrut melalui media sosial. Mereka menerima bimbingan melalui panggilan telepon—yang dikenal dengan nama quitline—sebuah alat dukungan yang sudah dikenal untuk membantu orang berhenti merokok.
“Kami merasa tidak etis untuk tidak memberikan bantuan sama sekali dalam studi ini,” kata Klein.
Kelompok pertama hanya menerima panggilan quitline. Kelompok kedua menerima NRT, berupa plester nikotin dan permen karet atau lozenges. Kelompok ketiga menerima panggilan quitline dan dukungan melalui pesan teks yang berisi video dan informasi lainnya. Kelompok terakhir menerima ketiga intervensi tersebut.
Tingkat keberhasilan berhenti merokok adalah 41% untuk hanya panggilan quitline, 43% untuk panggilan ditambah dukungan mobile, 48% untuk panggilan dan NRT, dan 48% untuk ketiga intervensi tersebut.
Hasil studi ini mendukung penggunaan NRT sebagai alat bantu untuk berhenti merokok elektrik, meskipun masih ada pertanyaan tentang seberapa efektif dukungan melalui pesan teks. “Kami perlu menggali lebih dalam untuk memahami mengapa hasilnya seperti ini,” kata Klein.
Tingkat keberhasilan yang tinggi di semua kelompok menunjukkan bahwa quitline bisa membantu banyak pemuda berhenti merokok elektrik.
“Studi ini adalah yang ketiga kalinya yang diterbitkan tentang program penghentian merokok elektrik untuk pemuda,” kata Amanda Graham, kepala kesehatan di Truth Initiative, sebuah organisasi yang berfokus pada pencegahan kecanduan nikotin di kalangan pemuda. “Ini adalah perkembangan yang sangat menggembirakan.”
Namun, Graham menambahkan bahwa karena studi ini tidak memiliki kelompok kontrol yang tidak mendapat dukungan quitline, hasilnya belum bisa dipastikan secara pasti. Ia juga berharap ada tindak lanjut yang lebih lama dari satu minggu yang digunakan dalam studi ini.
Klein dan timnya kini tengah merencanakan studi lebih lanjut dengan kelompok yang lebih besar, yang juga akan melibatkan orang yang merokok sekaligus merokok elektrik. (AR)