Teknostyle – Pernah nggak sih kamu ngerasa capek ngelihat orang liburan terus di media sosial, sementara kamu sibuk kerja, kuliah, atau healing belum kelar-kelar? Eits, tenang—kamu nggak sendirian. Justru sekarang, makin banyak orang yang sengaja menghindari tren liburan viral dan memilih sesuatu yang lebih tenang, lebih pribadi, dan lebih bermakna. Inilah yang disebut dengan JOMO Travel.
Apa Itu JOMO Travel?
JOMO adalah singkatan dari Joy of Missing Out. Dalam konteks traveling, JOMO Travel berarti menikmati perjalanan tanpa merasa harus mengikuti tren atau mengejar tempat-tempat yang lagi viral. Alih-alih buru-buru ambil foto demi konten, pelaku JOMO lebih memilih untuk hadir penuh, menikmati udara, pemandangan, dan waktu tanpa distraksi digital.
Berbeda dengan FOMO (Fear of Missing Out) yang bikin orang pengen ikut-ikutan, JOMO justru menikmati “ketidakikutsertaan” itu. Nggak posting? Ya, nggak apa-apa. Nggak ke Bali atau Labuan Bajo? Santai aja. Yang penting hati tenang, kepala lega, dan energi balik penuh.
Kenapa Tren Ini Naik Daun?
Setelah masa pandemi dan gempuran sosial media yang serba cepat, banyak orang mulai ngerasa burnout—bahkan saat liburan. Liburan yang harusnya menyegarkan malah jadi bikin capek karena pengen ‘terlihat menyenangkan’ di mata orang lain. Dari sinilah JOMO Travel hadir sebagai antitesis dari “liburan demi eksistensi”.
Selain itu, semakin banyak traveler yang sadar pentingnya koneksi dengan alam, digital detox, dan self-reflection. Mereka nggak cari tempat yang hits, tapi tempat yang nggak ramai, nggak ribut, dan nggak ada sinyal pun nggak masalah. Malah makin nikmat!
Destinasi Favorit Para Pelaku JOMO
-
Wae Rebo, NTT
Desa adat di atas pegunungan Flores ini menawarkan kesunyian, keindahan arsitektur, dan udara bersih—tanpa dering notifikasi. -
Pantai Mbawana, Sumba
Pemandangannya luar biasa, tapi aksesnya cukup tersembunyi. Nggak banyak orang ke sini. Surga buat pencinta sunyi. -
Lembah Harau, Sumatera Barat
Lembah yang dikelilingi tebing tinggi ini punya suasana damai banget, cocok buat yang mau meditasi, journaling, atau tidur siang sambil denger suara alam. -
Bukit Duabelas, Jambi
Masuk ke kawasan hutan, bertemu Suku Anak Dalam, dan hidup sederhana—pengalaman ini bikin kita sadar: hidup ternyata bisa sesederhana itu.
Gaya Traveling JOMO, Singkatnya:
-
Slow travel: Stay lebih lama di satu tempat, bukan buru-buru pindah spot.
-
Digital detox: Jauh dari medsos, dekat sama diri sendiri.
-
Nature retreat: Pilih tempat sepi, alami, dan penuh udara segar.
-
Mindful journey: Jalan-jalan sambil refleksi, bukan eksplor maraton.
-
No pressure to post: Liburan bukan lomba konten. Mau posting? Oke. Nggak juga, sah-sah aja.
JOMO Travel = Liburan yang Pulang-pulang Nggak Cuma Dapat Foto
Tren ini ngajarin kita buat liburan dengan tujuan yang lebih personal. Bukan untuk pamer, tapi untuk merasa pulang. Pulang ke alam, ke tenang, dan ke diri sendiri.
Di era serba update, mungkin yang kita butuhkan justru momen tanpa update. Nggak harus ke tempat mahal. Nggak harus keliling dunia. Cukup jalan-jalan ke tempat yang bikin kamu tenang, tanpa harus validasi dari likes atau views.
JOMO Travel bukan cuma gaya, tapi filosofi. Ia mengingatkan kita bahwa kebahagiaan nggak harus dilihat orang. Kadang, yang nggak kita tunjukkan justru yang paling berharga. Dan mungkin, liburan terbaik itu bukan yang paling fotogenik, tapi yang paling tulus dinikmati.
Kalau kamu belum pernah coba, mungkin saatnya. Matikan notifikasi, hidupkan rasa penasaran, dan nikmati dunia… tanpa FOMO. (Be)