Teknostyle – Dalam beberapa tahun terakhir, carnivore diet menjadi salah satu tren pola makan yang ramai diperbincangkan di dunia kesehatan. Pola makan ini mengklaim mampu membantu penurunan berat badan, meningkatkan energi, hingga memperbaiki berbagai masalah kesehatan. Namun di balik popularitasnya, carnivore diet juga menuai pro dan kontra dari para ahli gizi.
Lantas, apa sebenarnya carnivore diet, dan apakah aman untuk dijalani?
Apa Itu Carnivore Diet?
Carnivore diet adalah pola makan yang hanya mengonsumsi produk hewani, seperti:
-
Daging merah (sapi, kambing)
-
Ayam
-
Ikan dan seafood
-
Telur
-
Produk hewani tertentu seperti keju dan mentega (pada beberapa versi)
Dalam diet ini, semua makanan nabati tidak berlaku, termasuk sayur, buah, biji-bijian, kacang-kacangan, dan karbohidrat.
Carnivore diet sering mendapat julukan sebagai versi ekstrem dari diet rendah karbohidrat seperti keto.
Klaim Manfaat Carnivore Diet
Pendukung carnivore diet percaya bahwa tubuh manusia dapat berfungsi optimal dengan asupan protein dan lemak hewani saja. Beberapa manfaat dari diet ini antara lain.
1. Penurunan Berat Badan
Asupan protein tinggi dapat meningkatkan rasa kenyang sehingga membantu mengurangi kalori secara alami.
2. Energi Lebih Stabil
Tanpa lonjakan gula darah dari karbohidrat, energi diklaim lebih konsisten sepanjang hari.
3. Mengurangi Peradangan
Beberapa orang melaporkan perbaikan pada kondisi autoimun, nyeri sendi, atau masalah pencernaan.
4. Kontrol Gula Darah
Diet tanpa karbohidrat berpotensi membantu mengontrol kadar gula darah pada sebagian orang.
Namun, klaim ini sebagian besar masih berdasarkan pengalaman individu, bukan bukti ilmiah jangka panjang.
Risiko dan Kekurangan Carnivore Diet
Meski terdengar menjanjikan, para ahli kesehatan mengingatkan adanya potensi risiko jika carnivore diet dijalani tanpa pengawasan.
1. Kekurangan Serat
Tanpa sayur dan buah, tubuh kekurangan serat yang penting untuk:
-
Kesehatan pencernaan
-
Keseimbangan bakteri usus
-
Pencegahan sembelit
2. Risiko Kekurangan Vitamin & Mineral
Carnivore diet berpotensi rendah:
-
Vitamin C
-
Magnesium
-
Kalium
-
Antioksidan alami
Kekurangan zat gizi ini dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang.
3. Kesehatan Jantung
Konsumsi lemak jenuh berlebihan dari daging merah dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi jika tidak diimbangi dengan pola makan seimbang.
4. Sulit Dipertahankan
Pembatasan makanan yang ekstrem sering membuat diet ini sulit dijalani dalam jangka panjang, terutama dalam konteks sosial dan budaya makan.
Siapa yang Perlu Berhati-hati?
Carnivore diet tidak baik untuk:
-
Ibu hamil dan menyusui
-
Penderita gangguan ginjal
-
Orang dengan riwayat kolesterol tinggi
-
Individu dengan masalah pencernaan tertentu
Jika ingin mencoba, konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat perlu.
Alternatif yang Lebih Seimbang
Bagi yang tertarik dengan manfaat protein tinggi tanpa risiko ekstrem, beberapa alternatif yang lebih aman antara lain:
-
High-protein balanced diet
-
Diet keto moderat
-
Diet mediterania
-
Pola makan rendah karbohidrat dengan sayur tetap ada
Pendekatan ini tetap memberikan manfaat metabolik tanpa menghilangkan nutrisi penting dari tumbuhan.
Dalam dunia kesehatan, tidak ada satu pola makan yang cocok untuk semua orang. Kunci utama hidup sehat tetap terletak pada keseimbangan, variasi nutrisi, dan konsistensi.
Sebelum mengikuti tren diet apa pun, pastikan pilihan tersebut sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kondisi kesehatanmu.






