Teknostyle – Sejumlah otoritas keamanan dan perdagangan di Amerika Serikat sedang berdebat apakah mereka akan menempatkan Honor, eks anak usaha Huawei, dalam daftar hitam ekspor.
Dalam artikelnya, The Washington Post mengungkap, anggota staf Pentagon dan Departemen Energi ingin. agar perusahaan baru tersebut dimasukkan ke dalam daftar entitas, yakni daftar perusahaan yang dilarang berdagang dengan perusahaan AS, kecuali mendapat izin khusus. Sedangkan, Departemen Perdagangan dan Departemen Luar Negeri menentangnya.
Pejabat di lembaga-lembaga ini terpecah apakah Honor pantas ditempatkan dalam daftar sebagai ancaman terhadap keamanan nasional AS. Partai Republikan berada dalam daftar teratas di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, menyatakan, “kekhawatiran yang sama tentang ekspor teknologi” harus berlaku untuk Honor, karena itu adalah perusahaan yang didukung negara.
The Washington Post mencatat, merek sekarang dimiliki oleh Zhixin New Information Technology, sebuah perusahaan yang dibentuk oleh dua investor dengan dukungan negara, terikat dengan Pemkot Shenzhen. Pihak lawan berpendapat, Honor tidak membuat bahan atau komponen nuklir, atau perangkatnya dijual di Amerika Serikat. Sehingga, tidak masuk akal untuk melarang merek tersebut berdagang dengan perusahaan AS, dan itu akan lebih merugikan ekonomi AS daripada China.
Baca Juga: Menelisik Sejarah Ferrari 250 GTO 1963, Mobil Termahal Sepanjang Masa!
Beberapa ahli berpendapat, Honor harus berakhir di daftar entitas, karena merek tersebut mantan “aktor jahat yang diselidiki”. Sementara yang lain mengatakan, jika tidak ada bukti merek tersebut secara diam-diam menyalurkan chip dan teknologi ke Huawei, maka tidak ada pembenaran untuk sanksi apapun. Manajemen Honor sendiri belum mengomentari masalah tersebut sampai saat ini. (Danish)
Comments 1