Teknostyle – Setelah satu tahun terlaksananya program Dana Inovasi Responsif atau Responsive Innovation Fund (RIF) tahap ketiga, akhirnya program inovasi pengembangan kawasan perdesaan ini, secara resmi telah berakhir.
Program RIF tahap ketiga telah mendukung sebanyak 1.077 individu, yang tergabung dalam kelompok usaha di kawasan KPPN, yang berada di 6 Kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, Bengkayang, Buleleng, Klungkung, Mamuju, dan Pandeglang.
Acara penutupan kali ini, diadakan secara langsung di Buleleng, bersamaan dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi untuk keenam kawasan terpilih tersebut. Perwakilan dari Pemerintah Kanada (Global Affairs Canada), Bupati Bengkayang, Bupati Klungkung, Bupati Mamuju, serta perwakilan dari Kementerian/Lembaga National hadir pada Acara yang berlangsung selama dua hari ini, diawali dengan kunjungan ke beberapa lokasi Kelompok Usaha Mikro Kecil (UMK) di kawasan Bali Aga Buleleng, seperti Sentra Kerajinan Gula Aren dan Gula Semut di Desa Pedawa.
Kunjungan dimaksudkan untuk melihat capaian Program RIF tahap ketiga dan berdiskusi dengan kelompok usaha dan pemangku kepentingan setempat, mengenai manfaat program inovasi, tantangan, keberlanjutan, dan rencana replikasi program.
Di lokasi KPPN Bali Aga Buleleng, para pemangku kepentingan program RIF, disambut dengan tarian Bali dan permainan tradisional gangsing oleh anak-anak dan pemudi setempat. Acara ditutup dengan menyaksikan video tentang satu tahun pencapaian Buleleng, selama mendapat dukungan dari program RIF.
Hari kedua, acara diisi dengan diskusi antara perwakilan Pemerintah Nasional dan 6 Pemerintah Kabupaten lokasi RIF tahap ketiga. Perwakilan Pemerintah Nasional berasal dari Kementerian Perencanaan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Desa, Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, serta Kementerian PUPR.
Beberapa poin penting yang berhasil dirangkum dari diskusi, antara lain mengenai keberlanjutan dukungan Pemerintah Nasional dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di lokasi RIF, strategi penguatan kewirausahaan, UMKM dan Koperasi, akses pembiayaan bagi wirausaha, penciptaan peluang usaha, serta pentingnya peran teknologi digital, terutama di masa pandemi untuk percepatan pembangunan desa secara terpadu.
Program inovasi yang terpilih dalam RIF tahap III adalah: 1) Pengembangan Pariwisata Terpadu “Ngayau Mendanau di Selat Nasik” Kabupaten Belitung; 2) Pengembangan Budidaya Jagung dan Produk Turunannya di Kawasan Agroindustri Ledo Kabupaten Bengkayang; 3) Pengembangan Ekowisata Terpadu Bali Aga Kabupaten Buleleng; 4) Pengembangan Pemuliaan Sapi Terpadu dan Berkelanjutan di Wilayah Manakarra Berdaya Kabupaten Mamuju; 5) Pengembangan Wisata Agromarine di Labuan Jiput Kabupaten Pandeglang; dan 6) Pengembangan Produk Turunan Pertanian dalam Mendukung Program Pariwisata Rumah Keong di Nusa Penida Kabupaten Klungkung.
RIF Meningkatkan Pendapatan Kelompok Usaha dan Memperkuat Kelembagaan Kawasan Perdesaan melalui BUMDesma
Dalam paparannya saat acara penutupan RIF, Bupati Mamuju Sitti Sutinah Suhardi menyatakan, bobot dan jumlah sapi yang dikelola oleh empat kelompok peternak di kawasan Manakarra Berdaya, telah meningkat dari 40 ekor per tahun menjadi 160 ekor per tahun, dengan berat 10 hingga 15 kg/ekor/tiga bulan. Program RIF juga telah membantu para peternak dalam memberikan standarisasi harga berdasarkan bobot.
Selanjutnya, Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis juga menyampaikan, berbagai capaian yang dihasilkan kawasan Ledo selama mendapatkan pendampingan dari program RIF. Ia menyampaikan, kini jagung di kawasan Ledo telah memiliki nilai tambah yang tinggi karena dapat diolah menjadi berbagai produk turunan seperti fruit leather, permen jagung, dodol jagung, dan produk turunan jagung lainnya.
Program RIF juga telah mengajarkan para petani untuk dapat mengolah limbah jagung menjadi pakan ternak alternatif, bahkan limbah tersebut dapat dibuat menjadi kerajinan.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta yang juga hadir dalam acara ini mengatakan, pihaknya sangat mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan program RIF di Nusa Penida. Bupati Suwirta bilang, inovasi Rumah Keong (rumput laut, manga/poh, kelapa, dan singkong) telah menghasilkan produk turunan, melalui peningkatan kapasitas bagi kelompok wanita tani serta ibu-ibu PKK. “Kini produk-produk yang ada di Nusa Penida telah memiliki merek yang sama, yaitu Kole Nusa, dan akan menjadi oleh-oleh wisatawan,” jelasnya.
Kabupaten Belitung yang diwakili oleh Hennyka sebagai perwakilan dari Bappeda menyampaikan, program RIF di Selat Nasik berfokus pada tiga sektor yaitu sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata.
Produk-produk yang telah dihasilkan antara lain tepung ikan, keripik singkong/menggale, kerupuk tinta cumi, lada putih bubuk, abon ikan, abon cumi, dan lainnya. “Sebelum kami didampingi RIF, hanya ada 4 produk UMKM yang mempunyai izin edar. RIF sudah memfasilitasi kami, sehingga sekarang sudah ada 39 produk UMKM yang mempunyai PIRT,” jelas Hennyka.
Kabupaten Pandeglang, diwakili oleh Azis, sebagai perwakilan Bappeda. Empat fokus kegiatan RIF di Pandeglang yaitu pengolahan produk melinjo, pengolahan produk turunan ikan, produk anyaman bambu dan peningkatan kapasitas BUMDesma. Azis menerangkan, banyak sekali peningkatan terjadi pada sisi produksi, tenaga kerja, serta variasi produk. Ia mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan Pemerintah Kanada dan Pemerintah Indonesia selama satu tahun ini.
Di Buleleng, hasil pendampingan RIF juga sangat dirasakan oleh masyarakat Bali Aga. Beberapa pencapaiannya yaitu produksi gula aren meningkat hingga 2.250 kg/bulan/kelompok, pengrajin bambu yang telah menciptakan empat model baru anyaman, serta kelompok barista yang kini mampu membuat espresso dan latte.
Acara yang digelar di Ballroom Hotel Sunari Lovina ini juga memamerkan produk-produk hasil inovasi ke-enam kawasan. (Istimewa)