Teknostyle – Melanjutkan kembali dari proyek sebelumnya, yaitu Sacred Rhythm Reborn Unison. Sacred Bridge Foundation membuat proyek yang menyatukan berbagai kebudayaan, seni, sains, dan kehidupan manusia di dalamnya lewat proyek IntraChromatic. IntraChromatic hadir sebagai inisiatif yang diharapkan dapat menjadi pintu untuk menciptakan persahabatan global dari dua negara yakni Swedia dan Indonesia (lebih khususnya Nusa Tenggara Barat).
Acara yang akan digelar pada 10-11 Februari 2023 nanti di Museum Nasional ini dengan nama IntraChromatic Polyphony Co-Creation yang dapat diartikan sebagai wujud harmoni dari kehidupan yang terdiri dari beberapa tema atau budaya untuk saling bekerjasama dan berkolaborasi.
“Acara ini nantinya akan ada 2 rangkaian yaitu Exhibition ‘I see Human(s) not Humanity’ dari Jonas Liveröd dan Tobias Bradford dari Swedia serta Tatum Maya yang merupakan seniman yang berasal dari Sumbawa NTB namun menetap di Swedia. Lalu ada Klinik Intra-Art yang merupakan bagian utama dari acara ini. Peserta dari Klinik Intra-Art sendiri telah dikurasi oleh saya dan mba Monica Hapsari, sehingga saat ini ada 13-15 peserta,” ungkap Boo-Boo Sianturi selaku Chairman SBF.
Teknostyle.id diberi kesempatan langsung untuk melihat di balik layar kegiatan Klink Intra-Art ini kemarin (07/02/2023) di Rossi Musik Studio Syaelendra, Jl. Fatmawati Raya ini merupakan hari ketujuh mereka berlatih dan bertemu dan merupakan rehearsal pertama sebelum ditampilkan pada tanggal 10 nanti. Di sini kami sempat berbincang dengan para maestro seni yang turut serta dalam proyek ini, tentang proyek ini. Para maestro seni yang bergabung ada Marzuki Hasan, Asnawi Geunta, I Nyoman Astita, Maya Tamara, Dedi Suherman dan H. Hasanuddin.
“Kami melanjutkan program-program dari SBF yang sekarang ini menjadi SRRU, kebetulan saya sudah mengikutinya sejak awal. Kita berkumpul saat ini, ditambah dengan perupa lainnya ini merupakan challenge juga. Dari beberapa fasilitator yang ada ini mempunyai karakter masing-masing sehingga memunculkan garapan baru. Di garapan baru ini fasilitator membaginya menjadi beberapa bagian ditambah overture yang memperlihatkan karakter dari para fasilitator ini, yang banyak terinspirasi dari Bali, Aceh, dan Sumbawa. Jadi kami melibatkan banyak musisi yang ada dan penari,” ujar I Nyoman Astita selaku Maestro seni dari Bali. “Kita harus terbuka baik itu memberi atau menerima untuk menciptakan suatu garapan yang baru,” lanjutnya.
“Salah satu hal yang paling menarik sekali dari karya yang akan dipentaskan nanti banyak unsur dan elemen, yaitu yang pertama tidak hanya musik dan visual saja, lalu yang kedua dilatarbelakangi oleh etnis dan budaya yang berbeda diracik dengan sedemikian rupa sehingga konsepnya akan menjadi totalitas bukan hanya sekedar tempelan. Inilah merupakan satu kesepahaman kita di dalam garapan ini, dari budaya tradisional dan modern menjadi satu kesatuan” ungkap H. Hasanuddin selaku Maestro seni dari Sumbawa.
Itu dia di balik layar Klinik Intra-Art. Selain maestro seni, ada pula pengisi lainnya seperti Monica Hapsari, Tesla Manaf, Seto Noviantoro dan masih banyak lagi. IntraChromatic akan terus berlanjut dan tidak akan berhenti sampai di sini saja, karena sebuah seni akan selalu hadir di dalam kehidupan manusia. Untuk informasi lebih lanjut terkait IntraChromatic Polyphony Co-Creation, bisa mengunjungi laman sacredbridgefoundation.com dan Instagram @l_t_t_w.