Teknostyle.id – Perempuan harus waspada karena rentan mengalami gangguan saraf di bagian pergelangan tangan, cari tahu, apakah kesemutan biasa atau saraf kejepit. Kesemutan merupakan salah satu gejala gangguan atau penyakit pada saraf atau dikenal dengan istilah neuropati. Gejala neuropati lainnya yang jamak ditemui bisa berupa nyeri, kebas, dan baal. Tentunya semua gejala neuropati, bisa dialami oleh laki-laki dan perempuan. Namun, ada beberapa penyebab kesemutan di area pergelangan tangan yang rentan dan diidentikan dengan perempuan. Salah satunya kesemutan yang sering terjadi di daerah tangan atau carpal tunnel syndrome (CTS), biasanya disebabkan oleh gerakan repetitif yang dilakukan berulang menggunakan tangan, seperti me-ngulek, memeras kain pel dan kegiatan lain terkait rutinitas membersihkan rumah.
CTS diindikasikan lebih sering dialami perempuan. Karena secara alami, perempuan memiliki area lorong karpal atau carpal tunnel yang lebih sempit dibandingkan dengan pria, yang jadi salah satu faktor penyebab saraf terjepit di tangan. Penyebab CTS atau saraf kejepit di tangan sendiri adalah adanya tekanan pada saraf median yang ada pada pergelangan tangan atau lorong karpal. Saraf median bertugas untuk memberikan rangsangan tangan dan jari.
“Pengaruh hormon pada ibu hamil juga bisa jadi faktornya. Seperti adanya penumpukan cairan di daerah lengan menjadi lebih gampang terjadi neuropati. Tapi seiring perubahan hormon dan setelah melahirkan, keluhan akan membaik. Beberapa hal itu yang membuat CTS lebih sering dialami perempuan,” jelas dr Sa’diah Sp. N salah satu dokter spesialis di klinik nyeri dan gangguan saraf, Neuro Care by Klinik Pintar yang berlokasi di Jl. Wijaya 1 No. 1, Petogogan, Jakarta Selatan.
Dokter spesialis saraf atau neurologi lulusan Universitas Yarsi itu juga banyak menangani pasien perempuan terutama para ibu dengan keluhan neuropati dan CTS. Selain kesemutan, gejala neuropati lainnya yang paling sering dikeluhkan antara lain sakit pada pinggang, leher, dan bahu, yang banyak dialami para ibu
terutama saat menyusui dan menggendong anak.
Namun, kita harus waspada, sebab, kesemutan dan nyeri atau sakit yang biasanya jadi pemakluman, tidak bisa pulih dengan sendirinya, jika penyebabnya ada kelainan di saraf. Beda dengan penyebab karena tekanan saraf sesaat seperti duduk sila yang bisa sembuh dengan sendirinya.
“Kalau kesemutan terus-menerus, jelas harus diperiksa. Karena dari yang awalnya kesemutan, lama-lama membuat fungsi tangan jadi terganggu, karena bikin otot melemah. Istilahnya, nutrisi dari saraf ke otot enggak bagus, dan bikin ototnya mengecil,” lanjut dr Sa’diyah yang juga ibu dari satu orang putra ini.
Sayangnya, bagi orang awam, sangat sulit membedakan kesemutan biasa dan yang memiliki risiko. dr Sa’diyah pun sepakat, karena menurutnya, kesemutan yang akan dialami rasanya umum. Namun bedanya, kesemutan biasa, akan cepat hilang jika dibawa jalan atau dikibas-kibas.
“Tapi, kesemutan di tangan, lebih jarang ditemui, kecuali ada masalah. Jadi, lebih baik dicek saja kalau ada keluhan. Lebih baik ketahuan normal, daripada dicek, sudah ada masalah,” pesannya.
Kini memeriksakan gangguan neuropati semakin dimudahkan dengan layanan khusus dari klinik saraf dan nyeri Neuro Care yang jadi bagian dari Klinik Pintar. Dengan konsep one-stop-service, mulai dari pemeriksaan dokter untuk menganalisis dan diagnosis sampai pemeriksaan fisik yang dikerjakan oleh 13
dokter spesialis saraf.
Beragam pilihan terapi untuk saraf dengan berbagai macam pendekatan bisa ditemukan di Neuro Care. Yang membuat klinik Neuro Care jadi yang paling lengkap dari dokter spesialis dan pemeriksaannya. Seperti pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) untuk melihat lancarnya gelombang saraf, transcranial doppler (TCD), injeksi, neuromuscular taping, inteksi botulinum toksin (botox), dan transcranial magnetic stimulation (TMS).
“Kalau untuk kesemutan dan saraf kejepit di tangan terapinya dengan taping dan fisio. Taping disarankan selama 4-6 minggu, dan fisio dianjurkan 5-8 kali, biasanya sudah perbaikan,” rinci dokter yang juga tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.