Teknostyle – Berapa banyak anak usia 20 tahun yang bisa menghasilkan Rp 60.000.000 – Rp 70.000.000 tiap bulannya? Apalagi jika anak tersebut sempat mengalami gangguan kesehatan yang cukup berat. Salah satunya ialah Jordy Sidharta. Pemuda kelahiran Jakarta, 18 Februari 2001 ini, dulu divonis dokter hanya akan hidup sampai usia 2 tahun saja. Kini, ia bisa dikatakan sebagai digital marketer muda tersukses di Indonesia.
“Saya, kalau boleh jujur, dulu mengalami gangguan kesehatan di otak yang cukup berat, tepatnya di syaraf mata (low vision –red). Pada usia 2 tahun, orang tua saya baru sadar. Kemudian saya dibawa ke salah satu dokter mata terbaik di Indonesia. Kata dokter itu, saya hanya akan bertahan hidup selama 6 bulan, atau mengambil resiko untuk melakukan operasi pelepasan batok kepala di Singapore. Itupun harapan hidupnya hanya 50%,” cerita Jordy.
Orang tua Jordy memutuskan untuk merawat Jordy sebaik-baiknya sambil terus berdoa. Alhasil, prediksi dokter tersebut meleset. Jordy bisa melanjutkan hidupnya. Lantas, tak kemudian mulus. Ia mengalami bullying sejak TK. “Itu, teman-teman TK saya berpikir kalau saya cacat total. Di TK dulu, setiap murid dikasih kesempatan untuk memimpin doa. Tapi, begitu jadwal saya pimpin doa, gurunya malah memberikan kesempatan itu ke murid lain. Dia tidak percaya kalau saya mampu pimpin doa. Menurut saya, secara tidak langsung, guru itu juga melakukan bullying kepada saya,” ujar Jordy.
Tapi itu belum seberapa. Jordy mengaku, titik terendahnya adalah saat ia berada di kelas 5 SD. Fase kehidupan itu betul-betul tak bisa dilupakan. Jordy mengalami kekerasan fisik dan psikis di sekolah hingga melampiaskan ke orang tuanya. Akhirnya, ayah Jordy, yang juga merupakan ahli hipnoterapi, melakukan terapi kepada Jordy. Hasilnya, Jordy menjadi pribadi baru yang percaya diri, bermental baja, dan berani. Dengan besar hati, Jordy tidak ingin mengungkap tempatnya sekolah TK-SD. “Mohon maaf, kalau masalah instansi sekolah, saya tidak mau beberkan, karena menjaga nama baik. Tapi yang jelas, setelah lulus SD saya masuk sekolah semi-homeschool dengan kurikulum Cambridge,” kata Jordy. Ia hanya mengungkap sekolahnya itu terletak di daerah kebon Pala, Jakarta Timur.
Di akhir masa SD inilah, tepatnya pasca menjalani hipnoterapi, Jordy menjadi siswa paling berprestasi di sekolahnya. Bahkan, saat Ujian Akhir, ia berhasil meraih nilai rata-rata 9,5. Kepala Sekolahnya pun kaget dengan kemajuan akademis Jordy, sehingga ia diminta untuk melakukan pidato kelulusan. “Ketika itu, saya belum punya kemampuan public speaking, meskipun sebelumnya saya sering hadir di acara-acaranya Tung Desem Waringin. Tapi, ya, tanpa pikir panjang, tawaran itu saya ambil. Dan ternyata saya nyaman berbicara di depan publik,” ujar Jordy.
Semasa SMP, Jordy tambah kencang berlari, ia mulai menemukan jalan hidup dan passionnya. Berbekal keberanian dan kepercayaan diri, Jordy mulai menekuni bidang digital marketing, khususnya affiliate marketing. Di masa itu, kedua hal tersebut masih awam, apalagi buat anak usia belasan. Minat Jordy pun didukung kedua orang tuanya yang memasukkan Jordy ke beberapa kursus digital marketing. Selain itu, Jordy pun berinisiatif untuk membeli buku-buku dengan tema digital marketing.
“Saya ingat sekali keberhasilan pertama saya sebagai affiliate marketer. Ketika itu, saya tawarkan produsen keripik pisang untuk saya jualkan produknya. Betapa senangnya saya saat ada pembeli, meskipun saya hanya dapat untung Rp 3.000. Bukan masalah nominalnya, tapi masalah bagaimana saya bisa melakukan suatu hal yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh teman-teman dan guru-guru saya di sekolah. Semacam ajang pembuktian, bahwa saya mampu, dan saya bisa berkembang lebih baik lagi,” cerita Jordy.
Dari Rp 3.000 itu, Jordy makin masif “menjual” dirinya. Sampai akhirnya, ia mulai dipantau komunitas-komunitas digital marketing dan kerap diminta hadir sebagai pembicara. Ia mengaku, dulu, terkadang ada yang bayar Rp 500.000 plus nasi kotak untuk jadi pembicara satu hari penuh. Bahkan, di beberapa kesempatan, Jordy tidak dibayar sepeser pun. Buatnya tak masalah, yang terpenting adalah menambah jaringan dan mengasah kemampuan komunikasinya. Dari hasil kerjanya itu, ia bisa membeli emas batangan di usia 15 tahun dari tabungannya sendiri.
Seiring kemajuan skillnya, tercatat Jordy pernah menjadi pembicara untuk banyak instansi seperti Bank BCA, Prudential, Bakrie Group, SMAK Penabur Jakarta, Universitas Esa Unggul, Merry Riana Learning Centre, dan masih banyak lagi. Berbagai macam judul buku juga pernah ia tulis. Sempat juga menjadi narasumber di Smart FM, SCTV, Sonora FM, dan Radio Cakrawala. Pada tahun 2017, Jordy bahkan menerima penghargaan sebagai “Trainer Dahsyat TTR Termuda” dari Tour & Travel Revolution.
Cara pandang hidup Jordy pun bisa dikatakan berbeda dengan orang sebayanya. Sebagai contoh, dari penghasilan sebanyak itu, Jordy tidak lantas berfoya-foya. Ia masih suka beli baju, celana, dan sepatu di Pasar Senen, itupun, menurutnya hanya saat-saat tertentu. Selain itu, jika keluar, Jordy pun memilih untuk makan di warteg atau nasi ramesan, Jordy tidak memiliki laptop, karena masalah penglihatannya, sehingga ia sangat bergantung pada handphonenya yang cenderung tua. “Ya, mungkin buat orang seumuran saya ada handphone bagus dan baru pasti dibeli, meskipun dicicil. Kalau saya mikirnya, selama handphone saya masih layak dipakai untuk bekerja, ya saya pertahankan,” aku Jordy.
Jordi mengaku hanya pernah memiliki dua handphone dari hasil kerjanya. Pertama ia membeli Samsung Galaxy Mega seharga Rp 4.600.000 yang bertahan selama 4 tahun lebih. Karena handphone itu sudah rusak, sehingga tidak bisa digunakan untuk bekerja, akhirnya pada akhir 2019, Jordy terpaksa membeli handphone Samsung A7 seharga Rp 5.500.000. Handphone itu juga yang ia gunakan saat melakukan wawancara daring dengan redaksi Teknostyle.
Bicara mengenai harapan, di usia 20 tahun ini, Jordy menargetkan bisa pensiun dini di usia antara 30-35 tahun. Ia ingin fokus melakukan kegiatan lain seperti meditasi dan olahraga, dan mungkin membayar masa lalunya yang kelam dengan mencari circle pertemanan sehat. Persiapan itu ia mulai dengan investasi emas, investasi crypto, bekerja sebagai digital marketing consultant, motivator, dan bidang utamanya, yaitu affiliate marketer.
“Saya, ya, dari penghasilan bersih bulanan itu yang sekitar 60-70 Juta, yang saya keluarkan paling maksimal 15%-nya saja setiap bulan. Karena ya balik lagi, saya kalau tidak perlu-perlu amat, tidak akan beli apa-apa. Lebih ke praktek tepat guna,” ujar Jordi. Diluar aktivitasnya sehari-hari, Jordy terkadang suka travelling dengan keluarganya. Ia menyebut Yogya dan Surabaya sebagai destinasi yang suka dikunjungi.
Pada akhir kesempatan, Jordy mengungkapkan rahasia keberhasilannya. Pertama adalah masalah spiritualitas. Pemuda agamis ini mengingatkan, semua hal di kehidupan kita tidak bisa lepas dari peran Tuhan. Kedua, Jordy bilang, setiap manusia pasti memiliki rasa sayang yang tersembunyi di dalam dirinya. Rasa itulah yang harus bisa digali dan dikembangkan untuk mendapatkan kehidupan yang damai serta positif. Dirinya pun terbuka untuk kesempatan kerjasama dan bisa dijangkau lewat akun Instagram @jordywong.sidharta. (WeBe)
Comments 1