Teknostyle – Setelah sukses menyelenggarakan dua Temu Bisnis di Belitung dan Bali pada tahun 2021, dan berhasil mengadakan Temu Bisnis Internasional untuk pertama kalinya pada bulan Maret lalu untuk menghubungkan pembeli dari Kanada, Jerman, dan Filipina dengan UKM/petani kopi dari wilayah sekitar Ijen, Yogyakarta, dan Bali, Proyek NSLIC/NSELRED saat ini mengadakan acara Temu Bisnis besar lainnya untuk membuka akses pasar nasional dan internasional bagi petani rempah.
Acara ini dibagi ke dalam dua kategori: i) Temu Bisnis Internasional yang akan menghubungkan UKM lokal dan petani rempah dengan pembeli mancanegara secara daring; dan ii) Temu Bisnis Nasional dan Expo Rempah yang akan menghubungkan petani rempah lokal dan UKM dari Sulawesi dengan pembeli domestik besar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan perempuan dan laki-laki di daerah serta memperkuat daya saing dan kewirausahaan UKM lokal.
Dalam kata sambutannya, Mark Strasser, Chargé d’affaires a.i Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia menyampaikan bahwa “Kanada sangat bangga mendukung upaya Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi perempuan dan laki-laki yang miskin dan rentan dengan meningkatkan iklim investasi dan memperkuat pembangunan ekonomi lokal di 28 kabupaten di Indonesia – dari Sumatera hingga Papua Barat.” Strasser juga mengungkapkan kepuasannya karena tema acara ini sejalan dengan program Pemerintah Indonesia, yaitu Spice Up the World. Ia menekankan bahwa, “keterlibatan sektor swasta dalam semua kegiatan ekonomi ini sangat penting untuk keberhasilan dan keberlanjutan inisiatif akses pasar ini. Hal yang sama pentingnya adalah pemerintah dapat berperan dalam memfasilitasi dan mendukung ekosistem yang memungkinkan untuk menjalin koneksi bisnis.”
Bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan PT Sarinah, Proyek NSLIC/NSELRED telah mendampingi kelompok tani dari Pulau Siau, Minahasa Utara, Minahasa, Minahasa Selatan, Bone, Bulukumba, Sinjai, Enrekang, Luwu, dan Luwu Timur untuk menyiapkan informasi, data dan spesifikasi terkait rempah-rempah dan menerbitkan sebuah katalog yang menampilkan produk rempah-rempah mereka untuk memudahkan proses temu bisnis dan penjualan.
Direktur Proyek NSLIC/NSELRED Peter Walton menjelaskan, “NSLIC/NSELRED senang sekali dapat menjadi yang terdepan dalam upaya menumbuhkan pendapatan bagi petani dan UMKM Indonesia, baik perempuan dan laki-laki, melalui peningkatan akses ke pasar nasional dan internasional untuk produk lokal, dalam hal ini rempah-rempah legendaris dari Sulawesi yang dulu dikenal dengan sebutan Celebes. Melalui upaya bersama seperti ini lah dengan dukungan pemerintah dan sektor swasta, hubungan bisnis jangka panjang akan tercipta dan kehidupan orang-orang yang miskin dan kurang beruntung akan ditingkatkan. Kanada dengan senang hati memainkan peran kecilnya melalui Proyek NSLIC/NSELRED.”
Selain itu, Sarinah sebagai mitra Proyek NSLIC/NSELRED yang memiliki visi membina UKM dan produk-produk unggulan yang unik dari berbagai daerah di Indonesia dapat membawa dan memperkaya pengembaraan rempah-rempah Sulawesi ini ke dunia luar, di mana Sarinah memiliki sumber daya, manajemen, jaringan, serta sebagai BUMN terdepan di bidang ritel bersama INJOURNEY dapat mempengaruhi pembuat kebijakan untuk mengkurasi dan memasarkan rempah-rempah Indonesia ke dunia.
CEO PT Sarinah Fetty Kwartati mengungkapkan “Kolaborasi dengan begitu banyak institusi terkemuka akan memperlancar jalur menuju perdagangan rempah-rempah global. Pengaturan fasilitasi perdagangan dan bisnis kami yang baru dan inovatif sebagian besar dirancang untuk mengekspor brand domestik yang dikurasi tinggi termasuk rempah-rempah, herbal, dan produk kesehatan.”
Indonesia yang juga terkenal sebagai pulau rempah-rempah juga merupakan salah satu tempat di dunia yang memiliki bermacam-macam sumber alami yang menunggu untuk dipanen melalui pengembangan produk yang inovatif dan berkelanjutan merupakan daerah yang memiliki kekayaan lokal yang asli dan otentik.
Kesepuluh kelompok yang terlibat dalam kegiatan temu bisnis ini beranggotakan lebih dari 14.000 petani dengan luas lahan tanaman pala, lada, maupun cengkeh sebesar lebih dari 21.000 hektar.
Untuk mengeksplorasi ide-ide dan pengetahuan baru tentang pasar rempah, acara Temu Bisnis Internasional maupun Temu Bisnis Nasional juga menyajikan dua talk show dengan mengundang narasumber dari Kementerian, Atase Perdagangan dari Kedutaan Besar Indonesia di Jerman, Belanda, UEA, India, dan Mesir, termasuk juga PT Sarinah dan sektor swasta. (istimewa)