Teknostyle – Staycation di gedung tua peninggalan jaman kolonial? Seru, nih! Arsitektur bangunan warisan Belanda banyak tersebar di seluruh pelosok kota di Indonesia. Tidak jarang sekarang difungsikan sebagai rumah, restoran, cafe, sampai hotel. Kebanyakan dari bangunan itu, sudah melalui banyak renovasi dengan tidak menghilangkan ciri khas klasiknya yang kokoh. Pengunjung juga masih banyak berdatangan, karena penasaran dengan arsitektur dan suasana jadul yang dihadirkan. Berikut ini beberapa rekomendasi hotel staycation bernuansa ‘tempo doeloe’ yang bakal bikin pengalaman menginap kamu serasa kilas balik ke era jaman itu.
- Mercure Jakarta Batavia
Berlokasi di daerah wisata Kota Tua Jakarta yang dipenuhi jajaran bangunan tua peninggalan Belanda, membuat atmosfer ‘jadul’-nya benar-benar menjadi jiwa dari hotel ini. Sebelumnya, merupakan gedung hotel ‘Omni Batavia’. Bangunan cagar budaya ini dikonservasi dengan metode adaptive reuse untuk menghidupkan kembali tradisi, budaya, dan gaya hidup di era sebelumnya. Kalau kamu menginap di sini, acara wisata kamu bakal padet banget, karena dekat dengan Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang Indonesia, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan tepat di depan jembatan Kota Intan. Berbagai peninggalan kolonial Belanda yang bersejarah juga dapat dijumpai di sekitar hotel ini. Asik, kan!
Setiap kamarnya bersih dan wangi, fasilitasnya lengkap, dengan terkesan vintage tapi tetap elegan. Ditambah dengan stafnya yang ramah-ramah, serta area publik yang dihiasi sentuhan lokal, dapat terlihat di struktur, desain & eksteriornya yang bergaya ala ‘Jakarta Tempo Doeloe‘. Hadir juga beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti Malaka Resto, Lounge, Soenda Kelapa Pool & Bar, fitness center, Pool, Nusantara Ballroom, dan 18 ruangan serbaguna. Untuk beberapa fasilitas seperti spa dan sauna, sementara ditutup berkaitan dengan pandemi.
Akomodasi di sini juga sudah memberlakukan prokes ALLSAFE yang didukung oleh Bureau Veritas. Tipe kamar Double Superior atau Twin Superior dibanderol Rp 653 ribuan, Double Executive Deluxe di angka Rp 986 ribuan, dan Double Deluxe Rp 750 ribuan. Sebelum check- out, jangan lupa foto-foto di area lobby yang bentuknya menyerupai stasiun kereta api pada masa kolonial. Sempatkan juga untuk mampir ke galeri mini yang terletak di lantai 3 sampai 9. Di sana ada display sejarah Kota Jakarta yang menarik buat disimak. After all, Mercure adalah bagian dari salah satu jaringan hotel terbaik di dunia, yaitu Accor.
- The Shalimar Boutique Hotel Malang
Dirancang oleh arsitek Ir. Muller, awalnya dibangun untuk kepentingan perkumpulan Freemason dan dibuka pertama kali pada 1933. Bangunan ini dialihfungsikan komunitas Belanda untuk meet–up dan nongkrong sambil nyanyi, menari, dan makan-makan. Pada saat pendudukan Jepang, bangunan ini berubah fungsi menjadi rumah bagi tahanan Belanda atau kamp interniran pada tahun 1942 hingga 1945. Gedung ini juga pernah digunakan sebagai Stasiun RRI Malang pada tahun 1964. Tahun 1994, bangunan difungsikan sebagai Hotel Malang Inn, menjadi Graha Cakra pada tahun 1995 dan rebranding menjadi The Shalimar Boutique.
Jejak-jejak atmosfer kolonial juga masih kental terasa, seperti di restoran de Hemel Restaurant. Hotel ini masih menggunakan bangunan asli peninggalan Belanda. Lagu-lagu nuansa Eropa juga masih diperdengarkan melalui gramofon. Di depan hotel juga ada sebuah taman yang biasa disebut Taman Gramophone atau Taman Cerme, karena di sana ada landmark berupa gramofon raksasa yang berdiri kokoh di tengah taman. Keindahan arsitektur bangunan makin terasa teduh dengan banyaknya pepohonan besar memayungi area parkir serta pajangan sepasang mobil dan motor kuno yang bisa jadi spot foto keren. Hotel bintang 5 berlokasi di Malang ini jadi favorit para turis lokal dan mancanegara karena keunikan gedungnya, dan juga karena masih terawat baik, stafnya ramah serta kamarnya yang bertema vintage chic, nyaman dan bersih. Tipe kamar Deluxe with Breakfast dikenakan harga Rp 885.000 dan Executive with Breakfast dibanderol Rp 1,5 juta. Yuk, bungkus!
- Grand Hotel Preanger Bandung
Berlokasi di Jalan Asia Afrika, Bandung, hotel ini merupakan salah satu dari dua hotel yang legendaris dan menjadi ikon Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955, karena dipakai menginap para Kepala Negara. Sejarah hotel ini sendiri sudah dimulai jauh kebelakang, lho! Hotel bintang lima ini di desain oleh Prof. Wolf P. Schoemaker, dan diresmikan pertama kali pada 1897 oleh seorang Belanda, W.H.C. Van Deertekom. Mengusung gaya Indische Empire khas ‘rumah gedongan’ milik orang Belanda pada era kolonial, hotel ini dulunya toko roti yang menjadi tempat favorit para pengusaha perkebunan di Priangan untuk liburan akhir pekan.
Pada 1928, berganti nama dari Hotel Preanger menjadi Grand Hotel Preanger. Bangunan hotel ini punya tiga bangunan, yaitu sayap Asia Afrika, sayap Naripan, dan bangunan setinggi 10 lantai yang memiliki kamar berjumlah 187. Interior dan ornamen di lounge hotel masih terasa kental aura 80 dan 90an-nya, dengan sofa berwarna hitam beige dan bar stool yang ditempatkan di satu sisi lainnya. Bagian bangunan hotel di sayap Asia Afrika, juga hingga kini masih dipertahankan bentuk orisinalitasnya, dengan fasilitas yang disesuaikan era modern. Ada kolam renang, gym, restoran, bar, ballroom, meeting room, spa, business center, dan mini museum yang menampilkan banyak barang jadoel.
Kalau kamu bosan di hotel, jaraknya hanya 10 menitan saja ke Alun-Alun Bandung, Masjid Raya Bandung, Braga City Walk yang rame pisan, dan kedai kopi favorit kita semua, Sbux alias Starbucks! Pengen liburan akhir pekan di sini? Tipe kamar Garuda Suite 2 Bedroom mulai dari Rp 5,8 jutaan, Pandawa Suite 2 Bedroom Rp 3,5 jutaan, Malabar Suite Rp 3,5 juta, Naripan 2 Bedroom Rp 2.7 juta, Naripan Wing 1 Bedroom Rp 1,2 juta, dan Deluxe King atau Twin seharga Rp 780 ribuan per malam.
- Petit Boutique Hotel Solo
Hotel yang satu ini terbilang sebagai pendatang di Kota Solo. Dengan tema yang diusung Little Europe in Solo, namun cukup mampu untuk menjadi pusat perhatian warga lokal, karena bangunan ini memadukan gaya Jawa dan Eropa. Setiap malam, pasti kerumunan orang akan terlihat berfoto-foto di sekitar sini. Berlokasi strategis satu kompleks dengan pusat belanja Beteng Trade Center (BTC) dan PGS. Function hall dan outdoor area dari hotel ini berada di Gedung Joang 45, sebagai cagar budaya peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1880.
Berbagai interior dan ornamen klasik khas Eropa akan membuat para tamu seakan terbawa ke jaman era pendudukan Belanda. Malam hari adalah waktu yang paling cocok berfoto-foto di bagian depan hotel. Kamu bakal saingan sama pengunjung lain untuk mencari spot foto terbaik saking ramainya pengunjung. Ukuran kamar di sini memang sesuai dengan namanya, yaitu ‘petit’ alias kecil, tapi punya room service 24 jam, wifi kencang, kamar bersih dan nyaman serta harga yang terjangkau. Banyak tamu yang menginap di sini merasa betah dan memberikan penilaian yang baik. Air mineral, kopi, dan teh pun semua disediakan gratis di lobi hotel. Kalau masih lapar, di sekitarnya banyak warung dan pusat jajan untuk kamu yang hobi kuliner. Tipe kamar Grand mulai dari Rp 710 ribu, Premier King 440 ribu, King Gedung Joeang Rp 440 ribuan, Gedung Joeang Twin Rp 355 ribu, Standard King Rp 285 ribu, dan Standard Twin Rp 245 ribu. Gimana, berangkat kita?
- Horison Arcadia Surabaya
Hotel yang dibangun oleh kontraktor bernama Hollandsche Beton Maatshcapij ini sudah berdiri sejak 1913. Menilik dari jejak sejarahnya, bangunan ini sebelumnya adalah kantor Geo Wehry & Co, sebuah perusahaan perkebunan yang beroperasi di Hindia Belanda pada 1867. Wih, jadul banget, kan! Sebelum dinamakan Arcadia, awalnya bernama Ibis Rajawali, dan mempunyai bentuk bangunan yang unik, yaitu persegi empat yang memanjang ke belakang. Berlokasi dekat sebuah jembatan merah, ikon perang kemerdekaan, gedung tempat Hotel Arcadia sudah secara resmi menjadi salah satu cagar budaya yang dilestarikan keberadaannya.
Berlokasi di kota Pahlawan yang penuh dengan segudang sejarah, lokasinya juga strategis karena dekat dengan Kota Lama Surabaya dan dikelilingi banyak bangunan tua yang klasik serta instagramable. De Javasche Indie, House of Sampoerna, sampai Penjara Kalisosok, adalah beberapa di antara bangunan bersejarah yang kamu bisa nikmati. Cocok deh untuk kamu yang suka hunting foto. Di malam hari, bahkan ada juga spot foto penuh lampu di depan Taman Sejarah yang berada di samping hotel.
Baca Juga: Destinasi Wisata Alam dan Sejarah di Mojokerto
Setelah seharian sibuk di luar, kamar di hotel bakal bikin kamu nyaman beristirahat. Karena, walaupun hotelnya jadul, tapi kamarnya nyaman, baru, bisa breakfast in bed, dan dilengkapi kamar mandi bersih serta amenities lengkap. Tipe kamar Deluxe seharga Rp 649 ribuan, Superior Rp 566 ribu, dan Standar Double/Twin Rp 346 ribuan. (OFI)