Jakarta, Teknostyle.id – Kostum khas Santa Claus yang terdiri dari jas beludru merah, hiasan bulu putih, sepatu bot hitam tinggi, dan topi pom-pom ikonik telah menjadi simbol Natal yang melekat. Padahal, penampilannya tidak selalu demikian.
Dikutip dari CNN.com, Senin (23/12/2024), awalnya penampilan Santa Claus banyak dipengaruhi oleh berbagai tradisi, termasuk tokoh-tokoh seperti St. Nicholas dari Kristen awal, Sinterklaas dari Belanda, Père Noël dari Prancis, dan Christkindl dari Jerman. Pada awal abad ke-19, Santa versi Amerika mulai terbentuk melalui puisi, ilustrasi, dan iklan.
Puisi “A Visit from St. Nicholas” tahun 1823, juga dikenal sebagai “‘Twas the Night Before Christmas”, dengan memperkenalkan ciri-ciri utama Santa seperti janggut putih dan kereta luncur yang ditarik rusa. Namun, penampilannya masih bervariasi.
Beberapa ilustrasi menggambarkan Santa mengenakan jubah kuning atau mantel bulu merah, sementara yang lain memadukan elemen yang lebih unik, seperti mantel bergaya hewan.
Peran besar dalam membentuk citra Santa modern dimainkan oleh kartunis Thomas Nast pada tahun 1860-an. Ia menggambarkan Santa dengan pakaian merah berhiaskan bulu putih, persis seperti Santa yang dikenal sekarang.
Gambaran tersebut kemudian semakin mengakar kuat ketika merek Coca-Cola menggunakan gambar Santa dalam kampanye iklannya pada tahun 1930-an, meskipun Santa dengan kostum merah-putih sudah dikenal sebelumnya.
Warna merah dipilih karena kontrasnya yang mencolok dengan salju putih dan janggut Santa. Tambahan bulu putih memberikan kesan hangat dan khas karakter dari wilayah kutub. Pilihan ini dianggap praktis dan memperkuat imaji Santa sebagai sosok ceria yang datang dari tempat bersalju.
Sebagai makhluk imajinasi, pakaian Santa kini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Natal di seluruh dunia. Namun, sejarahnya yang beragam menunjukkan bahwa penampilan Santa pernah berubah-ubah. (AR)