Teknostyle – Sobat Teknostyle! Sempet kepikir, nih, bakalan sayang banget kalau gak ngetrip ke Pulau yang terkenal se-Dunia ini. Turis mancanegara saja rela menempuh perjalanan jauh untuk jumpa dengan Om Komo, apalagi kita yang tinggal di Indonesia! Hanya selisih kisaran tiga jam-an dan tanpa bawa passport serta urus visa buat mengunjunginya. Mumpung lagi PPKM Darurat, nabung dulu yuk, supaya nanti ketika Indonesia sudah membaik, kita bisa kunjungi destinasi wisata satu ini.
Sekilas info, mengutip dari Wikipedia, Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di kepulauan Indonesia Tengah. Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980 dan dinyatakan sebagai Cagar Manusia dan Biosfer pada tahun 1977 serta sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991. Sebagai Simbol Nasional oleh Presiden RI pada tahun 1992, untuk Kawasan Perlindungan Laut pada tahun 2000, dan juga sebagai salah satu Taman Nasional Model di Indonesia pada tahun 2006. Gerbang masuk untuk menuju Taman Nasional ini adalah Labuan Bajo, sebuah kota kecil di pantai paling barat Pulau Flores, dimana semua adventure seru kamu akan dimulai!
Maskapai yang melayani rute Labuan Bajo beragam, tergantung dari mana kamu berangkat. Kamu bisa ambil penerbangan langsung (direct flight) atau melakukan transit dengan maskapai lainnya. Keuntungan memakai maskapai satu grup, bagasi akan langsung dikirim sampai tujuan akhir walaupun kita transit. Contoh alternatif yang paling umum adalah Jakarta-Denpasar lanjut Denpasar-Labuan Bajo. Syarat penerbangan untuk Juli 2021 ini tentunya mengikuti regulasi terbaru, yaitu menunjukkan hasil negatif tes PCR dan kartu vaksin (minimal suntikan pertama). Bulan-bulan terbaik untuk wisata ke tempat ini adalah Juni sampai Agustus. Catet dulu tempat-tempat ini buat referensi kamu!
Pulau Padar
Pulau Padar adalah pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Tempat yang satu ini terkenal karena ciri pemandangannya yang khas dan populer sekali di kalangan netizen. Semua yang pernah ke sini pasti akan posting angle yang sama di puncak Padar dengan pemandangan tiga lingkaran pantai sebagai latarnya. Ternyata, untuk mendapatkan fotonya tidak semudah itu, guys! Ketinggian bukitnya sekitar 200 meter, kita harus mendaki di bawah terik matahari. Kalau kamu lelah, masih bisa merangkak, berhenti sebentar, dan lanjut lagi. Semakin ke atas semakin menanjak dan curam. Butuh perjuangan untuk mencapai puncak yang berada di Pulau satu ini. Semakin naik, kita akan mendapati pemandangan yang makin menawan, tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata! Setelah sampai turun lagi di bawah dengan selamat, kita bisa langsung memesan kelapa segar dari para penjual di sana. Aahh segar sekali rasanya!
Pink Beach (Pantai Pink)
Salah satu tempat lain yang wajib kamu sambangi adalah tempat bernama Pantai Pink. Menurut cerita, sampai saat ini, belum diketahui secara pasti dari mana asal warna pasir merah muda yang cantik ini. Beberapa berpendapat, warna pink berasal dari pecahan karang berwarna merah yang sudah mati dan memang banyak ditemukan di sekitar pantai ini. Pendapat lain menyebutkan warna pink pada pasir Pink Beach adalah karena adanya hewan mikroskopik bernama Foraminifera yang memproduksi warna merah atau pink terang pada terumbu karang. Beruntung sekali jika kita ke Pink Beach ketika tidak terlalu ramai dikunjungi. Jadinya lebih puas deh sesi foto-foto dan main airnya. Percaya deh, pasir di sini benar-benar berwarna pink, apalagi kalau datang ketika matahari berada di atas kepala, wih keren!
Pulau Rinca (Loh Buaya)
Loh Buaya tentunya menjadi agenda wajib, tempat kita bisa menyaksikan Komodo secara langsung. Pulau ini adalah pulau terbesar kedua di Taman Nasional Komodo, dimana merupakan perpaduan hutan bakau dan padang savana yang diisi satwa liar. Di sepanjang jalan trekking kamu akan dihibur dengan pemandangan Rusa Timor, Kerbau Liar, Monyet Ekor Panjang, Kuda Liar serta berbagai jenis burung. Di sepanjang jalan ini juga banyak ‘perangkap’ alias kotoran komodo dan kerbau berukuran besar yang bertebaran di jalan, jadi hati-hati, ya! Kalau kita datang ke sini, seorang Ranger akan ditugaskan menemani kita dan menjelaskan detail singkat mengenai hewan peninggalan purbakala ini. Bagi yang sedang datang bulan tapi terlanjur sudah sampai, harus melapor kepada Ranger, sehingga mereka akan mengawasi kita ekstra ketat dibandingkan pengunjung lainnya. Sebagai informasi, komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau dan dapat menjangkau radius 5 km. Air liur komodo mengandung 60 jenis bakteri yang mematikan, dan paling tidak salah satu di antaranya dapat menyebabkan keracunan pada darah. Mangsa yang digigit dapat mati dalam waktu sehari sampai beberapa minggu akibat keracunan dalam darahnya. Sebaiknya selalu mengikuti arahan Ranger, jangan memisahkan diri atau mendekati komodo lebih dari yang diperbolehkan. Gerombolan komodo di Loh Buaya ini dengan mudah bisa kita temukan dan ajak berpose di salah satu bangunan bernama dapur umum. Momen istimewa ini tentunya jangan sampai terlewatkan!
Gili Lawa
Gili Lawa ini adalah pintu gerbang menuju Taman Nasional Komodo yang terdiri dari Gili Lawa Laut dan Gili Lawa Darat. Di sini, biasanya kapal-kapal berlabuh untuk bermalam. Gili Lawa ini adalah pulau tidak berpenghuni. Tapi, bila kita trekking mendaki di salah satu puncaknya, bisa menyaksikan fenomena matahari terbit dan terbenam yang sangat indah. Rugi untuk dilewatkan main ke pulau yang memiliki perpaduan daratan dan lautan sangat indah ini! Angin sepoi-semilir akan menyapa wajah kita, diselingi cahaya matahari yang menerpa dengan manja. Kegiatan lain yang bisa dilakukan di sini adalah berfoto-foto di padang rumput ilalang yang tersebar di setiap sudut pulau. Kalau diliat-liat hasilnya hampir mirip seperti sedang berfoto di padang savana Afrika.
Pulau Kalong
Pulau Kalong terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil di kawasan Taman Nasional Komodo. Di sini merupakan tempat bersarangnya jutaan kelelawar dengan berbagai ukuran. Biasanya kita akan melipir ke sini menjelang malam tiba. Kita tidak akan berlabuh, tapi kapal hanya menurunkan jangkarnya untuk melihat dari kejauhan saja. Konon katanya, Pulau Kalong ini tidak berpenghuni dan tidak pula dapat dimasuki oleh manusia sebab topografi sekeliling pulau yang didominasi oleh tanaman bakau yang rapat, sehingga susah dilewati oleh manusia. Selain itu, menurut dongeng lokal, di pulau ini juga terdapat koloni ekor ular piton yang menjadi predator kelelawar dan juga bisa mengancam keselamatan manusia yang memaksa masuk ke pulau ini. Dahulu sudah pernah ada cerita manusia yang mencoba menjelajah masuk ke Pulau Kalong, namun ia tidak kembali lagi keluar, bahkan tidak ditemukan. Menjelang Magrib, kawanan kelelawar akan mulai menampakkan diri dan terbang berhamburan dari sarangnya menghiasi indahnya perpaduan warna kuning jingga di langit. Benar-benar fenomena alam yang menawan untuk menutup hari yang seru! (OFI)
Foto: Redaksi